Sampah menjadi masalah utama setiap kota, termasuk Kota Bandung. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai menerapkan konsep waste to food, dengan menjadikan Kelurahan Sukamiskin dan Kelurahan Cihaurgeulis, sebagai percontohan penerapan konsep tersebut.
Waste to food suatu cara mengubah sampah dapur menjadi pupuk kompos basah dan kering. Lalu, pupuk atau kompos tersebut berguna kembali untuk menyehatkan tanah dan menyuburkan tanaman.
“Sampah dapur diolah, jadi pupuk kompos basah dan kering, itu kembali lagi ke alam. Pupuk itu menyuburkan kembali,” ucap Wali Kota Bandung, Oded M Danial saat meresmikan secara langsung dua wilayah percontohan, di Jalan Futsal III B, RT 07 RW 13 Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik, Rabu 2 Desember 2020.
Baca juga:
- Mengenal gerakan pengelolaan sampah zero waste, agar sampah plastik tidak numpuk…
- Target bersih sampah Kabupaten Bandung tertunda karena Covid, kata Bupati Dadang…
Mang Oded bilang selain waste to food, Pemkot Bandung memiliki Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis). Keduanya merupakan pengembangan dari Konsep mengelola sampah dengan pola Gerakan Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan Sampah (Kang Pisman).
“Saya mempunyai keyakinan apabila program Kang Pisman masif, Insyaallah permasalahan sampah di Kota Bandung selesai,” tambah Mang Oded.
Biaya dari Pemkot Bandung
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Kamalia Purbani menjelaskan, penerapan waste to food di dua kelurahan ini sebagai tindak lanjut dari Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) kelurahan atau master plan kelurahan dalam pengelolaan sampah.
“Sistem yang dibangun adalah pengelolaan sampah. Dukungan pembiayaan dari pemerintah kota,” ucapnya.
Baca juga:
Sementara Pegiat Kelompok Tani Pesona 13, Luki menuturkan implementasi program gerakan ini, sebagai gerakan kolaborasi warga dengan aparat kewilayahan.
Luki berharap program ini dapat berkembang sehingga permasalahan sampah di Kota Bandung, khususnya di RW 03 Kelurahan Sukamiskin dapat teratasi.
“Dapat dikembangkan lebih besar dan lebih lanjut. Kalau di semua RW bergerak secara masif maka persoalan sampah beres,” imbuh Luki. (Yatni Setianingsih/Simmanews)
Baca Juga :
- Kisah di balik patung badak putih penunggu Balai Kota Bandung
- Robohnya Jembatan Mangrove dan cerita korban Tsunami Pangandaran
- Mengenal zona-zona kewaspadaan Covid-19 di Jawa Barat
- Vaksin Sinovac yang uji coba di Bandung disetujui dipakai di China
- Banyak relawan vaksin Covid gagal karena darah tinggi