
Jalan alternatif Ibun-Kamojang, sebagaimana namanya, menghubungkan Kabupaten Bandung dan Garut. Jalan ini punya nama lain, yakni Jalan Pagar Betis Letnan Jenderal Ibrahim Adjie.
Nama Ibrahim Adjie sendiri tidak asing bagi warga Bandung. Nama ini diabadikan sebagai nama jalan di Kiaracondong, Kota Bandung.
Sekarang, bukan hanya Kota Bandung saja yang mengabadikan Jenderal Ibrahim Adjie sebagai nama jalan. Selasa, 2 Februari lalu Bupati Dadang Naser meresmikan Jalan Pagar Betis Letnan Jenderal Ibrahim Adjie di Desa Laksana Kecamatan Ibun.
Disebutkan, sejarah perjuangan pagar betis melibatkan hampir seluruh Jawa Barat. Di mana Pangdam III/Siliwangi saat itu, Letjen Ibrahim Adjie, menyusun strategi pagar betis untuk menahan pemberontakan DI/TII yang berbasis di kawasan hutan Garut.
Baca juga:
- Cerita delman di Desa Sayati, bertahan meski nyaris tergerus zaman
- Ilmuwan Unpad jelaskan kehebohan mutasi virus Corona, apaan tuh?
- Latar pemenjaraan Soekarno muda di Bandung 92 tahun lalu
Nama Ibrahim Adjie selaku pelaku sejarah di daerah itu, tutur Bupati, sangat tepat diabadikan sebagai nama jalan sepanjang 2,4 kilometer tersebut. “Dan kisah di baliknya, akan dikenang hingga generasi di masa mendatang,” katanya.
Dengan adanya tambahan nilai sejarah, jalur alternatif yang melintasi jembatan kuning Kamojang Hill Bridge dan menjadi salah satu destinasi wisata baru di wilayah timur ini akan semakin dikenal masyarakat.
“Di mana pembangunan jalan dan jembatan ini, kami resmikan tahun 2016 dengan sumber dana dari APBD Kabupaten Bandung,” tutur bupati didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung Agus Nuria.
Ruas jalan tersebut, tambahnya, juga telah mendapat sertifikat laik fungsi jalan di Kabupaten Bandung dari Kementerian PU. ”Selain itu, tahun 2017 lalu juga mendapatkan sertifikat sebagai jalan hijau Indonesia dengan peringkat Bintang 3 dari Kementerian PU,” tambah Dadang Naser.
Selain meresmikan jalan, orang nomor satu di Kabupaten Bandung itu juga meninjau area yang menjadi rencana pembangunan kolam retensi Situ Pangkalan.
Baca juga:
- Kisah mobil antik harga selangit dan dongeng aneh soal lampu menyala sendiri
- Ketan bakar Lembang dan kisah nenek misterius di balik gerbang
- Komunitas literasi Bandung bedah Buku Jejak Jejak Bandung via Zoom
Situ atau danau tersebut berlokasi di Kampung Pangkalan dengan luas area 8,9 hektar (ha), akan dibangun kolam tampung seluas 4,5 hs dan fasilitas umum untuk objek wisata seluas 4,3 ha.
Tampungan air Situ Pangkalan dapat dimanfaatkan untuk keperluan air baku masyarakat setempat. Selain itu juga untuk kebutuhan air PT. Pertamina Geothermal Energy.
Situ tersebut juga akan menjadi pusat pariwisata di mana akan dikembangkan menjadi kawasan wisata agro, pendidikan dan wisata budaya.
“Tentu kita semua berharap, ini bisa direalisasikan untuk membangkitkan kembali situ purba yang telah hilang,” pungkas Dadang Naser. (Iman Herdiana/Simmanews)
Baca juga:
- “Jejak Jejak Bandung”, tahukah Lapangan Tegallega pernah jadi tempat balap kuda?
- Jauh sebelum Covid, Priangan pernah jadi pusat penularan wabah sampar
- Kisah raja yang klaim angklung sebagai budayanya
- Buku “Di Muara Tagus”, puisi dari Awiligar sampai kolonialisme Portugal
- Tahukah kalau kuliner Nusantara sudah ada sejak abad ke-10 Masehi?